Selasa, 24 Desember 2013

Cerita Dari Dalam Kantong Celana


Tersebutlah seseorang yang sangat menikmati kebahagiaan dan ketenangan didalam hidupnya. Orang tersebut memiliki sebuah celana dengan dua kantong yang berbeda. Kantong yang satu terdapat lubang dibawahnya sedangkan kantong yang satu lagi tidak terdapat lubang.

Tiap hari dia membuat catatan-catatan tentang semua yang dialaminya. Segala sesuatu yang menyakitkan dan menyedihkan, yang didengar dan dialaminya seperti cacian, sindiran bahkan makian.. ditulisnya disebuah kertas dan digulung kecil. Kemudian dimasukkan kedalam kantong yang berlubang.

Sebaliknya semua yang indah dan bermanfaat yang dialaminya... ditulis di sebuah kertas dan digulung, kemudian dimasukkan kedalam kantong yang tidak ada lubangnya.

Setiap malam hari dia mengeluarkan semua yang ada dikantong. Dari kantong yang tidak berlubang dia membaca tulisan-tulisan dari catatan itu dan menikmati hal-hal yang indah yang telah diperoleh dan dialaminya sepanjang hari itu. Kemudian dia merogoh kantong yang ada lubangnya, tetapi dia tidak menemukan apapun disitu karena catatan-catatannya telah terjatuh dan hilang.

Maka diapun tertawa dan tetap bersukacita karena tidaka ada sesuatu yang dapat merusak hati dan jiwanya.

Sahabatku.... Ketahuilah bahwa itulah yang seharusnya kita lakukan dalam kehidupan yang kita jalani ini. Menyimpan semua yang baik dalam "kantong yang tidak ada lubangnya", sehingga tidak satupun yang baik akan hilang dari kehidupan kita.

Sebaliknya... Simpanlah semua hal yang buruk yang pernah terjadi dalam kehidupan kita di "Kantong yang ada lubangnya" supaya hal-hal yang buruk itu akan terjatuh dan biarkan hilang... tidak perlu kita ingat lagi.

Tetapi masih banyak diantara kita yang melakukan hal tersebut dengan terbalik. Kita menyimpan hal baik di "Kantong yang belubang" dan hal yang tidak baik di "Kantong yang tidak berlubang". Karena pola yang terbalik ini kita akan selalu memelihara pikiran-pikiran jahat dan segala sesuatu yang menyakitkan hati. Hal ini akan menyebabkan jiwa kita menjadi tertekan dan tidak ada gairah dalam menjalani hidup.

Maka dari itu, supaya kita bisa menikmati kehidupan yang bahagia dan tenang, janganlah kita menyimpan apa yang tidak baik didalam hidup kita, biarkan dia hilang sirna jauh dari tatapan kita. Sehingga tidak satupun dari kita yang tidak merasakan ketenangan dan kebahagiaan. Mari kita sama-sama menyimpan hal yang baik-baik agar dapat bermanfaat bagi kita dihari esok.

Semoga tulisan sederhana ini memberi hikmah yang baik dan bermanfaat untuk kita semua.

Minggu, 22 Desember 2013

Mengenang erupsi merapi 2010


Kepekaan sosial atau empati pada setiap orang bisa berbeda-beda. Empati biasanya tumbuh dari masa anak-anak, mengikuti pola asuh orang tua. Orang yang enggan berbagi akan tumbuh menjadi pribadi yang individualistis dan egosentris. Sementara mereka yang sejak kecil sering dilibatkan untuk memahami kesulitan orang lain, biasanya akan lebih peka dan mudah tergerak hatinya untuk menolong sesama.

Menurut spiritualis Anand Krishna,  salah satu penggerak seseorang untuk berbuat baik kepada sesama adalah rasa empati. Psikolog Alfred Adler mendefinisikan empati sebagai kemampuan untuk 'melihat dengan mata orang lain, mendengar dengan telinga orang lain, dan merasakan dengan hati orang lain'. Berbeda dengan simpati yang masih menggunakan 'kacamata' diri sendiri, empati merupakan takaran yang membedakan tingkat kepedulian dan keinginan menolong sesama pada setiap orang. Mereka yang memiliki empati biasanya lebih peka dalam merasakan penderitaan orang lain, sehingga timbul keinginan untuk menolong atau meringankan penderitaan sesama.

Berbuat baiklah sekecil apapun, kepada siapapun, dan di manapun kita berada. Serta jangan lakukan sesuatu yang kita tidak ingin, orang lain lakukan ke diri kita
























Inilah saatnya aku berhenti menjadi wanita karir


Sore itu sembari menunggu kedatangan teman yang akan menjemputku di masjid ini seusai ashar. Kulihat seseorang yang berpakaian rapi, berjilbab dan tertutup sedang duduk disamping masjid. Kelihatannya ia sedang menunggu seseorang juga. Aku mencoba menegurnya dan duduk disampingnya, mengucapkan salam, sembari berkenalan.

Dan akhirnya pembicaraan sampai pula pada pertanyaan itu. “Anti sudah menikah?”.
“Belum ”, jawabku datar.

Kemudian wanita berjubah panjang (Akhwat) itu bertanya lagi “kenapa?”
Pertanyaan yang hanya bisa ku jawab dengan senyuman. Ingin kujawab karena masih hendak melanjutkan pendidikan, tapi rasanya itu bukan alasan.

“Mbak menunggu siapa?” aku mencoba bertanya.
“Menunggu suami” jawabnya pendek.

Aku melihat kesamping kirinya, sebuah tas laptop dan sebuah tas besar lagi yang tak bisa kutebak apa isinya. Dalam hati bertanya-tanya, dari mana mbak ini? Sepertinya wanita karir. Akhirnya kuberanikan juga untuk bertanya “Mbak kerja di mana?”

Entah keyakinan apa yang membuatku demikian yakin jika mbak ini memang seorang wanita pekerja, padahal setahu ku, akhwat-akhwat seperti ini kebanyakan hanya mengabdi sebagai ibu rumah tangga.

“Alhamdulillah 2 jam yang lalu saya resmi tidak bekerja lagi” jawabnya dengan wajah yang aneh menurutku, wajah yang bersinar dengan ketulusan hati.

“Kenapa?” tanyaku lagi.
Dia hanya tersenyum dan menjawab “karena inilah PINTU AWAL kita wanita karir yang bisa membuat kita lebih hormat pada suami” jawabnya tegas.

Aku berfikir sejenak, apa hubungannya? Heran. Lagi-lagi dia hanya tersenyum.

Saudariku, boleh saya cerita sedikit? Dan saya berharap ini bisa menjadi pelajaran berharga buat kita para wanita yang Insya Allah hanya ingin didatangi oleh laki-laki yang baik-baik dan sholeh saja.

“Saya bekerja di kantor, mungkin tak perlu saya sebutkan nama kantornya. Gaji saya 7 juta/bulan. Suami saya bekerja sebagai penjual roti bakar di pagi hari dan es cendol di siang hari. Kami menikah baru 3 bulan, dan kemarinlah untuk pertama kalinya saya menangis karena merasa durhaka padanya. Kamu tahu kenapa ?

Waktu itu jam 7 malam, suami saya menjemput saya dari kantor, hari ini lembur, biasanya sore jam 3 sudah pulang. Setibanya dirumah, mungkin hanya istirahat yang terlintas dibenak kami wanita karir. Ya, Saya akui saya sungguh capek sekali ukhty. Dan kebetulan saat itu suami juga bilang jika dia masuk angin dan kepalanya pusing. Celakanya rasa pusing itu juga menyerang saya. Berbeda dengan saya, suami saya hanya minta diambilkan air putih untuk minum, tapi saya malah berkata, “abi, umi pusing nih, ambil sendiri lah !!”.

Pusing membuat saya tertidur hingga lupa sholat isya. Jam 23.30 saya terbangun dan cepat-cepat sholat, Alhamdulillah pusing pun telah hilang. Beranjak dari sajadah, saya melihat suami saya tidur dengan pulasnya.

Menuju ke dapur, saya liat semua piring sudah bersih tercuci. Siapa lagi yang bukan mencucinya kalo bukan suami saya (kami memang berkomitmen untuk tidak memiliki khodimah)? Terlihat lagi semua baju kotor telah di cuci. Astagfirullah, kenapa abi mengerjakan semua ini? Bukankah abi juga pusing tadi malam? Saya segera masuk lagi ke kamar, berharap abi sadar dan mau menjelaskannya, tapi rasanya abi terlalu lelah, hingga tak sadar juga.

Rasa iba mulai memenuhi jiwa saya, saya pegang wajah suami saya itu, ya Allah panas sekali pipinya, keningnya, Masya Allah, abi demam, tinggi sekali panasnya. Saya teringat perkataan terakhir saya pada suami tadi. Hanya disuruh mengambilkan air putih saja saya membantahnya. Air mata ini menetes, air mata karena telah melupakan hak-hak suami saya.”

Subhanallah, aku melihat mbak ini cerita dengan semangatnya, membuat hati ini merinding. Dan kulihat juga ada tetesan air mata yang di usapnya.

“Kamu tahu berapa gaji suami saya? Sangat berbeda jauh dengan gaji saya. Sekitar 600-700 rb/bulan. Sepersepuluh dari gaji saya sebulan. Malam itu saya benar-benar merasa sangat durhaka pada suami saya.

Dengan gaji yang saya miliki, saya merasa tak perlu meminta nafkah pada suami, meskipun suami selalu memberikan hasil jualannya itu pada saya dengan ikhlas dari lubuk hatinya. Setiap kali memberikan hasil jualannya, ia selalu berkata “Umi, ini ada titipan rezeki dari Allah. Di ambil ya. Buat keperluan kita. Dan tidak banyak jumlahnya, mudah-mudahan Umi ridho”, begitulah katanya. Saat itu saya baru merasakan dalamnya kata-kata itu. Betapa harta ini membuat saya sombong dan durhaka pada nafkah yang diberikan suami saya, dan saya yakin hampir tidak ada wanita karir yang selamat dari fitnah ini”

“Alhamdulillah saya sekarang memutuskan untuk berhenti bekerja, mudah-mudahan dengan jalan ini, saya lebih bisa menghargai nafkah yang diberikan suami. Wanita itu sering begitu susah jika tanpa harta, dan karena harta juga wanita sering lupa kodratnya" Lanjutnya lagi, tak memberikan kesempatan bagiku untuk berbicara.

“Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah orang tua, dan menceritakan niat saya ini. Saya sedih, karena orang tua, dan saudara-saudara saya justru tidak ada yang mendukung niat saya untuk berhenti berkerja. Sesuai dugaan saya, mereka malah membanding-bandingkan pekerjaan suami saya dengan yang lain.”

Aku masih terdiam, bisu mendengar keluh kesahnya. Subhanallah, apa aku bisa seperti dia? Menerima sosok pangeran apa adanya, bahkan rela meninggalkan pekerjaan.

“Kak, bukankah kita harus memikirkan masa depan ? Kita kerja juga kan untuk anak-anak kita kak. Biaya hidup sekarang ini mahal. Begitu banyak orang yang butuh pekerjaan. Nah kakak malah pengen berhenti kerja. Suami kakak pun penghasilannya kurang. Mending kalo suami kakak pengusaha kaya, bolehlah kita santai-santai aja di rumah.

Salah kakak juga sih, kalo mau jadi ibu rumah tangga, seharusnya nikah sama yang kaya. Sama dokter muda itu yang berniat melamar kakak duluan sebelum sama yang ini. Tapi kakak lebih milih nikah sama orang yang belum jelas pekerjaannya. Dari 4 orang anak bapak, Cuma suami kakak yang tidak punya penghasilan tetap dan yang paling buat kami kesal, sepertinya suami kakak itu lebih suka hidup seperti ini, ditawarin kerja di bank oleh saudara sendiri yang ingin membantupun tak mau, sampai heran aku, apa maunya suami kakak itu”. Ceritanya kembali mengalir, menceritakan ucapan adik perempuannya saat dimintai pendapat.

“anti tau, saya hanya bisa menangis saat itu. Saya menangis bukan karena apa yang dikatakan adik saya itu benar, Demi Allah bukan karena itu. Tapi saya menangis karena imam saya sudah DIPANDANG RENDAH olehnya.

Bagaimana mungkin dia meremehkan setiap tetes keringat suami saya, padahal dengan tetesan keringat itu, Allah memandangnya mulia ?
Bagaimana mungkin dia menghina orang yang senantiasa membangunkan saya untuk sujud dimalam hari ?
Bagaimana mungkin dia menghina orang yang dengan kata-kata lembutnya selalu menenangkan hati saya ?
Bagaimana mungkin dia menghina orang yang berani datang pada orang tua saya untuk melamar saya, padahal saat itu orang tersebut belum mempunyai pekerjaan ?
Bagaimana mungkin seseorang yang begitu saya muliakan, ternyata begitu rendah di hadapannya hanya karena sebuah pekerjaaan ?

Saya memutuskan berhenti bekerja, karena tak ingin melihat orang membanding-bandingkan gaji saya dengan gaji suami saya.
Saya memutuskan berhenti bekerja juga untuk menghargai nafkah yang diberikan suami saya.
Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk memenuhi hak-hak suami saya.

Saya berharap dengan begitu saya tak lagi membantah perintah suami saya. Mudah-mudahan saya juga ridho atas besarnya nafkah itu. Saya bangga dengan pekerjaan suami saya ukhty, sangat bangga, bahkan begitu menghormati pekerjaannya, karena tak semua orang punya keberanian dengan pekerjaan seperti itu.

Disaat kebanyakan orang lebih memilih jadi pengangguran dari pada melakukan pekerjaan yang seperti itu. Tetapi suami saya, tak ada rasa malu baginya untuk menafkahi istri dengan nafkah yang halal. Itulah yang membuat saya begitu bangga pada suami saya.

Suatu saat jika anti mendapatkan suami seperti suami saya, anti tak perlu malu untuk menceritakannya pekerjaan suami anti pada orang lain. Bukan masalah pekerjaannya ukhty, tapi masalah halalnya, berkahnya, dan kita memohon pada Allah, semoga Allah menjauhkan suami kita dari rizki yang haram”. Ucapnya terakhir, sambil tersenyum manis padaku. Mengambil tas laptopnya, bergegas ingin meninggalkanku.

Kulihat dari kejauhan seorang laki-laki dengan menggunakan sepeda motor butut mendekat ke arah kami, wajahnya ditutupi kaca helm, meskipun tak ada niatku menatap mukanya. Sambil mengucapkan salam, wanita itu meninggalkanku. Wajah itu tenang sekali, wajah seorang istri yang begitu ridho.
Ya Allah….
Sekarang giliran aku yang menangis. Hari ini aku dapat pelajaran paling berkesan dalam hidupku. Pelajaran yang membuatku menghapus sosok pangeran kaya yang ada dalam benakku.. Subhanallah.. Walhamdulillah.. Wa Laa ilaaha illallah... Allahu Akbar

Semoga pekerjaan, harta dan kekayaan tak pernah menghalangimu untuk tidak menerima pinangan dari laki-laki yang baik agamanya..


Senin, 09 Desember 2013

Makna Syahadat Tauhid

Dua kalimat syahadat (syahadatain) adalah rukun Islam pertama. Syahadatain terdiri atas syahadat tauhid dan syahadat rasul. Rukun Islam pertama ini sangat mudah diucapkan, tapi paling berat dilaksanakan. Dua kalimat syahadat (syahadatain) ini menjadi fondasi bagi rukun-rukun Islam lainnya.
Sudahkah kita menjalankan makna 2 (dua) kalimat syahadat ini dengan benar?
Untuk dapat menjalankan makna dua kalimat syahadat, tentu kita harus terlebih dahulu memahami maknanya. Dalam kesempatan ini akan dibahas makna syahadat tauhid terlebih dahulu. Makna syahadat rasul insya_Allah akan dibahas kemudian.
Mari kita simak bacaan syahadat tauhid berikut:
Arti syahadat tauhid : Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah.

Makna Syahadat Tauhid
Ada dua terminologi penting dalam syahadat tauhid :
- Aku bersaksi
- Tiada Tuhan selain Allah
Mari kita lihat satu per satu kedua terminologi syahadat tauhid tersebut.

1. Makna Syahadat Tauhid “Aku Bersaksi”
Kata “bersaksi” menunjukkan kemantapan dalam keyakinan. Tingkat keyakinan seseorang akan semakin kuat ketika dia telah menyaksikan sesuatu. Jika ayah anda mengabarkan bahwa beliau telah mendapatkan ikan yang besar, tentu anda yakin dengan kabar itu bukan? Inilah yang disebut dengan khabaru yaqin, keyakinan yang timbul dari sebuah kabar. Mengapa anda yakin dengan kabar tersebut? Karena sang pemberi kabar adalah ayah anda sendiri, orang yang terpercaya.
Setelah ayah anda pulang dari laut dengan membawa ikan yang besar itu, maka anda pun melihat bahwa ayah benar-benar mendapatkan ikan yang besar. Dengan anda menyaksikan ikan yang ayah bawa, maka anda bertambah yakin. Inilah yang disebut dengan aeul yaqin, keyakinan yang timbul dengan menyaksikan. Kualitas keyakinan di level ini (dengan bersaksi) tentu jauh lebih tinggi dari keyakianan yang anda peroleh ketika anda hanya mendapatkan kabarnya saja.
Nah, maksud “aku bersaksi” dalam syahadat tauhid di atas, adalah sebuah pengakuan keyakinan berkualitas tinggi akan keesaan Allah. Lalu bagaimana kita bisa bersaksi padahal kita tidak pernah melihat-Nya?
Untuk dapat bersaksi tidak mesti melihatnya langsung. ”Jika ada bekas tapak kaki manusia di jalan, itu artinya ada orang yang melewatinya biarpun aku tidak melihatnya. Jika ada kotoran unta, tentu keluar dari perut unta biarpun aku tidak melihatnya”. Keberadaan Allah dapat kita saksikan melalui semua ciptaan-Nya yang bertebaran di muka bumi ini.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal” (QS Ali Imran 190).
Karena itu, mari tingkatkan keyakinan kita terhadap adanya Allah dan segala sifatnya (asmaul husna) dengan melihat (bersaksi) terhadap seluruh ciptaan-Nya. Inilah modal dasar untuk menegakkan kalimat “La ilaha illallah”, tiada Tuhan selain Allah seperti yang akan dijelaskan di bawah ini.

2. Makna Syahadat Tauhid “Tiada Tuhan selain Allah”
Tuhan selain bermakna sesembahan, juga bermakna sesuatu yang ditakuti, yang diharapkan atau yang dipentingkan. Karena itu, Tuhan banyak sekali jumlahnya. Tuhan-tuhan selain Allah dapat berupa orang, harta, jabatan, bahkan hawa nafsunya sebagaimana firman Allah:
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah  …” (QS At Taubah : 31).
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” (QS Al Furqan:43).
Dengan demikian, “Tiada Tuhan selain Allah” selain bermakna “Tiada yang patut disembah selain Allah”, juga dapat berarti:
- Tiada yang patut ditakuti selain Allah
- Tiada yang patut diharapkan selain Allah
- Tiada yang patut dipentingkan selain Allah
Lalu bagaimana jika kita takut kepada ular, bolehkah? Tentu boleh, itu manusiawi. Adapun maksud tiada yang patut ditakuti selain Allah, ketakutan terhadap selain Allah tidak boleh melebihi takutnya kepada Allah. Kita juga boleh menganggap bahwa membaca koran itu penting, tapi harus disertai keyakinan bahwa membaca koran tidak lebih penting dari Allah SWT. Itulah makna syahadat tauhid, la ilaha illallah.

Aplikasi Syahadat Tauhid
Maling yang tengok kanan-kiri memastikan tidak ada orang lain sebelum mencuri sesuatu, berarti dia lebih takut dan malu kepada manusia ketimbang takut dan malu kepada Allah yang Maha Melihat. Dalam kasus ini, nilai syahadat sang maling tersebut adalah 0 (nol), karena seharusnya tiada yang lebih ditakuti selain Allah, tapi ternyata dia lebih takut kepada manusia.

Berapa Nilai Syahadat Tauhid Kita?
Ini adalah saatnya kita berbenah diri terhadap syahadat tauhid kita. Dalam penjelasan diatas, telah disebut bahwa kalimat syahadat mudah diucapkan, tapi sulit dilaksanakan. Sebagai contoh, apabila saat ini kita sedang membaca artikel ini, atau sedang main game, main bulu tangkis atau sedang berjualan, kemudian adzan berkumandang….
  • Apakah kita tetap membaca artikel, ataukah segera shalat berjamaah di masjid?
  • Apakah kita terus bermain game, ataukah segera shalat berjamaah di masjid?
  • Apakah lanjut main bulu tangkis, atau segera shalat berjamaah di masjid?
  • Apakah meneruskan berjualan, ataukah segera shalat berjamaah di masjid?
Adzan adalah merupakan panggilan Allah (HR Tabrani). Jika kita mendengar adzan tapi tidak mau menghadirinya, berarti kita lebih mementingkan yang lain ketimbang Allah. Dengan demikian kita telah menganggap bahwa:
  • Baca artikel, koran, berita, dll lebih penting ketimbang Allah
  • Game lebih penting ketimbang Allah
  • Bulu tangkis, sepak bola, dll lebih penting ketimbang Allah
  • Berjualan lebih penting ketimbang Allah
Lalu bagaimana dengan persaksian “Tiada Tuhan selain Allah?”, yang juga berarti tiada yang patut lebih dipentingkan selain Allah?
Jika perilaku kita demikian, berarti nilai syahadat tauhid kita tidak lebih baik dari syahadat seorang maling (maaf), naudzubillah. Ya Allah, ampunilah kami yang selama ini belum memahami dan menjalankan makna syahadat tauhid. Berilah kami kekuatan untuk menjalankannya.

Akhir kata, semoga artikel ini bermanfaat.
 

Sabtu, 07 Desember 2013

Cara Merubah Batu Menjadi Emas

Kunci yang menentukan nilai aktivitas kita bernilai batu atau emas adalah wudhu!
“Tidak seorang muslim pun yang tidur malam dalam keadaan suci (berwudhu), kemudian ia terbangun pada malam hari dan minta kepada Allah kebaikan dalam urusan dunia dan akhirat, melainkan Allah akan mengabulkan permintannya itu.” (HR Abu Daud, Nasai, Ibnu Majjah).
Ternyata tidur dalam keadaan suci dapat membawa hikmah luar biasa…
Nah, kita mau tidur batu atau tidur emas?
Demikian pula seseorang yang berjalan menuju masjid (dalam keadaan wudhu), maka Allah akan memberikan ampunan dan kenaikan derajat untuk setiap langkahnya:
“Barangsiapa berwudhu dari rumahnya, lalu berangkat menuju masjid menegakkan shalat fardhu, maka setiap langkah kanan kirinya untuk melepas dosanya dan mengangkat derajatnya.” (HR Muslim)
Sebaliknya, jika langkah kita ke masjid belum dalam keadaan suci (wudhu), maka langkahnya tidak memberi fadilah untuk menghapus dosa dan kenaikan derajat.
Nah, kita mau langkah batu atau langkah emas?
Juga untuk aktivitas-aktivitas lainnya seperti membaca Al Quran, menuntut ilmu, bekerja, berhubungan suami istri dll semuanya akan jauh lebih bernilai jika dilakukan dalam keadaan suci (berwudhu). Karena itu, jadikanlah setiap aktivitas kita bernilai emas… jaga wudhu selalu.

Tujuh Nasehat Rasulullah

Tujuh nasehat Rasulullah SAW adalah rangkaian Mutiara Hikmah yang diriwayatkan Imam Bukhori dan Muslim. Dalam hadist tersebut, Rasulullah SAW juga menjelaskan hikmah dari setiap amal kebaikan yang kita lakukan.

Ya Allah.... mudahkanlah kami dalam menjalankan nasehat Rasulullah SAW.

1. Tolonglah orang yang sedang dalam kesulitan
 Menolong orang yang sedang dalam kesulitan, maka akan mendapatkan kemudahan diakhirat.

2. Bantulah orang miskin
Mengurangi penderitaan orang miskin, dapat mengurangi penderitaan diri sendiri, baik didunia dan akhirat.

3. Jangan membuka aib orang lain
Menutupi aib orang lain, akan menutup aib diri sendiri, baik didunia dan akhirat.

4. Biasakanlah untuk memberikan pertolongan
Allah akan menolong hamba-Nya yang suka menolong.

5. Belajarlah ilmu agama
Orang yang belajar ilmu agama, maka Allah akan memberikan kemudahan menuju syurga-Nya.

6. Sering-seringlah menghadiri majelis ilmu
Orang yang menghadiri majelis ilmu, akan diberikan  ketentraman dan kedamaian hidup.

7. Jangan menunda nunda amal
Barangsiapa lambat beramal, jangan berharap cepat naik derajatnya.

Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda : ”Barang siapa melenyapkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah juga menghilangkan  kesulitannya kelak di hari Kiamat. Dan Barang siapa mengurangi penderitaan orang miskin, pasti Allah mengurangi pula penderitaannya didunia dan akhirat, dan Barang siapa merahasiakan  aib/buruk seorang muslim, maka Allah menyembunyikan pula aib/buruknya didunia dan akherat. Allah pasti menolong seorang manusia, selama manusia itu membantu sesama manusianya.  Dan Barang siapa menempuh perjalanan demi menimba ilmu, pasti Allah membuka jalan kesorga baginya.Tiada suatu masyarakat berkumpul disuatu tempat peribadatan (mesjid atau madrasah), mereka membaca dan mendiskusikan kandungan Al-Qur’an, melainkan jaminan ketentraman dan kedamaian bagi mereka serta kasih Allah meliput mereka. Mereka di kelilingi para malaikat yang membentangi mereka, dan Allah mempopulerkan mereka disisiNya, Barang siapa lambat beramal kebaikan, jangan terlalu berharap peningkatan derajat secepatnya.” (HR Bukhari – Muslim).

Jumat, 06 Desember 2013

Arti Sebuah Persahabatan

Dalam hidup yang semakin tak menentu ini, telah banyak sekali perubahan terjadi. Khususnya pada prilaku dan cara bepikir manusia. Makin lama semakin bergeser ke arah yang memprihatinkan.

Di mana-mana sering terjadi ketidakpedulian akan nasib dan keadaan sesamanya. Rata-rata tiap orang sibuk, bahkan terlalu cenderung memikirkan diri sendiri. Tak peduli akan kondisi dan keadaan yang ada di sekitarnya.

Hal ini tak lepas dari pengaruh cara bepikir yang maunya enak sendiri, benar sendiri, dan mau menang sendiri. Jarang sekali kita lihat rasa kepedulian yang benar-benar murni karena ingin menolong dan berbagi terhadap sesamanya.

Selalu saja ada embel-embel di balik tindakan yang sedang dilakukan. Yang jelas ujung-ujungnya hanya untuk kepentingan dan keuntungan pribadi atau golongan. Terlalu banyak bumbu-bumbu kemunafikan yang dicampurkan. Terlalu sering kebohongan ditampilkan tanpa rasa malu.

Nilai kemuliaan makhluk yang bernama manusia sudah terkoyak. Oleh kerakusan, kemurkaan, keangkuhan, dan kebodohan manusia itu sendiri.

Sampai kapan prahara ini akan selalu menimpa hidup dan kehidupan kita. Tak ada yang bisa menjawabnya kecuali diri kita sendiri.

Ya..semua kembali kepada niat dan kemauan pribadi masing-masing. Dimana ada kemauan, di situ pasti akan ada jalan. Asal semua itu dilakukan dengan dasar keikhlasan dan kemurnian hati yang tulus.

Banyak jalan dan cara untuk berbagi kepada sesama. Banyak jalan untuk menuju persaudaraan yang hakiki. Kita semua bisa..dan pasti bisa untuk jalani hal itu.

Yakinlah bahwa, hidup ini akan semakin lebih punya arti dan makna. Jika kita..mau untuk saling berbagi dan mengasihi.

Kebahagiaan sejati adalah ketika kita mau memberi. Kedamaian abadi adalah saat kita bisa menerima kenyataan akan perbedaan yang ada. Tiada yang lebih luhur dari saling mengasihi. Dan tiada yang lebih mulia dari saling memberi.

Mari kita saling berbagi dan saling mengasihi. Semoga damai dan bahagia, akan selalu mewarnai kehidupan kita.

Kuserahkan Putriku Kepadamu

Saat pertama kali putri kecil kami terlahir di dunia, dia menjadi simbol kebahagiaan bagi kami, orang tuanya. Bahagia yang tiada tara kami rasakan karenanya. Kami menjaganya siang dan malam, sampai kami melupakan keadaan diri sendiri. Kami sadar, memang seharusnyalah seperti itu kewajiban orang tua.

Kami besarkan dia dengan segenap jiwa dan raga. Kami didik dengan semaksimal ilmu yang kami punya. Dan kami jaga dia dengan penuh kehati-hatian.

Dan waktupun berlalu…

Dia kini telah menjadi sesosok gadis yang cantik. Betapa bangga kami memilikinya. Kami berpikir, betapa cepat waktu berlalu, dan terbersit dalam hati kami untuk tetap menahannnya disini. Bukan bermaksud meletakkan ego kami atas hidupnya, Namun sebagai orang tua, siapa yang dapat berpisah dari anaknya. Putri kesayangannnya.

Tapi,…

Hari ini, akhirnya datang juga. Saat dimana kami harus melihatnya terbalut dalam pakaian cantik, yaitu gaun pengantinnya. Gadis kecil kami telah tumbuh dewasa. Dan sesudah ijab kabul ini, kau lah kini yang menjadi penjaganya. Menggantikan kami. Mari ikatkan tanganmu kepadanya.

Waktu akhirnya memaksa kami berpisah dengannya. Walaupun kau adalah orang yang asing dan baru sebentar dikenalnya, sedangkan kami adalah orang tuanya yang telah mengorbankan semua yang kami punya untuknya. Namun, tak ada sama sekali kemarahan kami atas dirimu, menantuku. Namun ijinkan kami sedikit meluapkan kesedihan atas seorang putri kami yang harus jauh meninggalkan kami, karena harus mengikutimu. Kamipun tak akan protes kepadamu, karena mulai hari ini, dia harus mengutamakan kau diatas kami.

Tolong, jangan beratkan hatinya, karena sebenarnya pun hatinya telah berat untuk meninggalkan kami dan hanya mengabdi kepadamu. Seperti hal nya anak yang ingin berbakti kepada orang tua, pun demikian dengannya. Kami tidak keberatan apabila harus sendiri, tanpa ada gadis kecil kami dulu yang selalu menemani dan menolong kami dimasa tua.

Kami menikahkanmu dengan anak gadis kami dan memberikan kepadamu dengan cuma- cuma, kami hanya memohon untuk dia selalu kau jaga dan kau bahagiakan.

Jangan sakiti hatinya, karena hal itu berarti pula akan menyakiti kami. Dia kami besarkan dengan segenap jiwa raga, untuk menjadi penopang harapan kami dimasa depan, untuk mengangkat kehormatan dan derajat kami. Namun kini kami harus menitipkannya kepadamu. Kami tidaklah keberatan, karena berarti terjagalah kehormatan putri kami.

Jika kau tak berkenan atas kekurangannya, ingatkanlah dia dengan cara yang baik, mohon jangan sakiti dia, sekali lagi, jangan sakiti dia.

Suatu saat dia menangis karena merasa kasihan dengan kami yang mulai menua, namun harus sendiri berdua disini, tanpa ada kehadirannya lagi. Tahukah engkau wahai menantuku, bahwa kau pun memiliki orang tua, pun dengan istrimu ini. Disaat kau perintahkan dia untuk menemani orang tuamu disana, pernahkah kau berpikir betapa luasnya hati istrimu? Dia mengorbankan egonya sendiri untuk tetap berada disamping orang tuamu, menjaga dan merawat mereka, sedang kami tahu betapa sedih dia karena dengan itu berarti orang tuanya sendiri, harus sendiri. Sama sekali tiada keluh kesah darinya tentang semua itu, karena semua adalah untuk menepati kewajibannya kepada Allah.

Dia mementingkan dirimu dan hanya bisa mengirim doa kepada kami dari jauh. Jujur, sedih hati kami saat jauh darinya. Namun apalah daya kami, memang sudah masa seharusnya seperti itu, kau lebih berhak atasnya dari pada kami, orang tuanya sendiri.

Maka hargailah dia yang telah dengan rela mengabdi kepadamu. Maka hiburlah dia yang telah membuat keputusan yang sedemikian sulit. Maka sayangilah dia atas semua pengorbanannya yang hanya demi dirimu. Begitulah cantiknya putri kami, Semoga kau mengetahui betapa berharganya istrimu itu, jika kau menyadari.

Selasa, 03 Desember 2013

12 Cara Menambah Rezeki sesuai Tuntunan Al Qur’an dan As-Sunnah

Allah Subhanahu Wata’aala berfirman :
“Tidak ada satu makhluk melatapun di muka bumi kecuali Allah yang menanggung rezekinya, dan Dia yang mengetahui tempat berdiamnya dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)” (Huud : 6)
“Sesungguhnya seorang jiwa tidak akan wafat sebelum Allah menyempurnakan semua rizkinya, maka hendaklah kalian bertakwa kepada Allah dan memperbaiki cara mencari rizki tersebut”.   (Al Hadits)
Dalam menjalani kehidupan, seorang hamba seharusnya meyakini bahwa rizkinya telah ditetapkan oleh Allah. Apabila rizkinya habis, maka dia tidak mungkin hidup di dunia lagi.
Golongan Manusia Dalam Menyikapi Mencari Rezeki
- Berlebih-lebihan
Menganggap bahwa rizki nya datang dari kepandaian dirinya sendiri, tidak pernah berharap kepada Allah. Bahkan menghalalkan apa yang diharamkan Allah. Dalam hadits diatas disebutkan untuk bertakwa kepada Allah dan memperindah cara mencarinya sesuai tuntunan yang halal dalam syariat dalam mencari nafkah.
- Menyepelekan
Menganggap bahwa rizkinya akan datang dengan sendirinya tanpa perlu dicari. Walaupun rizki sudah ditetapkan oleh Allah, akan tetapi Nabi tetap memerintahkan kita untuk memperbagus cara mencari rizki.
Manfaat Bagi Seorang Manusia bila Ia Mengetahui  Cara Menambah (Kelapangan) Rezeki, maka ia akan :
  • Lurus dalam mencarinya
  • Seimbang dalam mencari
  • Dibukakan pintu rahmat
  • Menambah tawakal
  • Memperkuat ibadah
  • Memperindah cara mencari rezeki

Dua Belas Sebab Dilapangkannya Rizki Seorang Hamba

1. Banyak Memohon Ampun
“Maka aku (Nabi Nuh) katakan kepada mereka: “Mohonlah ampunlah kepada Rabb kalian, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat (melimpah ruah membawa kebaikan), dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai (yang penuh dengan kebaikan dan manfaat).” (Nuh 10 – 12)
“Dan (Nabi Hud berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabb-mu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang sangat deras (yang membawa kebaikan) atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu (yang sudah kalian miliki), dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (Huud : 52)
Imam Al-Hasan Al-Bashri pernah mendapat pengaduan bahwa manusia ditimpa kelaparan dan beliau memberikan solusi untuk memohon ampun kepada Allah. Begitu juga permasalahan lain yang menimpa manusia seperti kemiskinan dan kurangnya keturunan. Saat beliau ditanya kenapa melakukannya, maka beliau membawakan ayat di atas.

2. Menjaga diri di atas ketakwaan
Pengertian takwa adalah mengerjakan segala perintah Allah sesuai dengan yang diperintahkan dengan mengharap pahala, serta menjauhi larangan Allah yang telah ditentukan karena takut akan adzab-Nya. Karena dengan ketakwaan inilah seseorang akan dijamin riskinya oleh Allah.
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Ath Thalaaq : 2-3)
Sebagian ulama mengatakan bahwa dengan ketakwaan seseorang tidak akan menjadi faqir. Karena Allah akan memberinya kecukupan baik dari sisi dhahir (lahir) ataupun kecukupan yang lebih besar dari sisi bathin tatkala seseorang bertakwa dengan sebenar-benar ketakwaan. Inilah hakikat dari makna kecukupan, yaitu seseorang akan merasa tenang dengan yang sedikit dan merasa lebih dengan apa yang dianggap kurang oleh manusia.
Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tapi kekayaan adalah yang ada di hati” (HR. Bukhari Muslim)

3. Bertawakal kepada Allah
Diriwayatkan dari sahabat Umar bin Khaththab bahwa Rasulullah bersabda, “Andaikata kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, sungguh kalian akan Kami beri rizki sebagaimana burung diberi rizki. Di pagi hari keluar dalam keadaan perut kosong dan kembali dalam keadaan kenyang.” (HR Ahmad)
Rasulullah memberikan contoh tawakal dengan burung karena burung tersebut tidak memiliki simpanan makanan. Akan tetapi walaupun dengan kondisi yang demikian, dia di pagi hari keluar mencari riski dalam keadaan perut kosong dan di sore harinya sudah kenyang. Dan burung tersebut tidak hanya berdiam diri di sarangnya, akan tetapi keluar mencari rizki.
Rukun (syarat)  agar sikap tawakal terwujud secara nyata/benar :
  1. Menyerahkan urusannya kepada Allah
  2. Menjalani sebab-sebab untuk mencapai tujuan tersebut
  3. Meyakini apabila kenikmatan tersebut datang semuanya adalah semata dari Allah
Contoh: Seseorang yang sakit menyerahkan urusan sakitnya kepada Allah, akan tetapi dia tetap berobat, berusaha menyembuhkan penyakitnya. Akan tetapi setelah sembuh dia harus mengatakan bahwa kesembuhannya merupakan karunia dari Allah.

4. Menyibukkan diri dengan ibadah
Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah mengabarkan bahwa Allah berfirman dalam hadits Qudsi, “Wahai Hamba-hambaku, hendaknya kalian memenuhi waktu (konsentrasi) dengan ibadah, kalau kalian melakukannya Aku akan memenuhi dada kalian dengan kekayaan, dan Aku akan menutupi kefakiran kalian. Kalau kalian tidak melakukannya, Aku akan memenuhi dada kalian dengan kesibukan dan Aku tidak akan menutup kefakiran kalian.”
Maka hendaknya seorang hamba menyibukkan dirinya dengan ibadah dan tetap berusaha mencari rizkinya. Karena dengan berkonsentrasi terhadap ibadah inilah yang akan mempermudah seseorang dalam mencari rizki.

5. Mensyukuri nikmat-Nya
Allah berfirman, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mengumumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim : 7)
Rukun untuk mensyukuri kenikmatan :
  • Memuji Allah dengan lisannya
  • Mengakui dalam hati bahwa semua nikmat tersebut datang dari-Nya. Apapun kenikmatan yang datang kepada kalian maka itu datangnya dari Allah (An-Nisaa : 79)
  • Menggunakan kenikmatan tersebut dalam ketaatan

6. Istiqomah diatas agama
Allah berfirman, “Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).” (Al-Jin : 16)

7. Menyambung ibadah haji dan umrah
Rasulullah bersabda, “Terus-meneruslah kalian menyambung antara pelaksanaan haji dan umrah, sebab kedua ibadah ini menggugurkan kefakiran dan dosa-dosa sebagaimana api menggugurkan karat di besi”.

8. Menyambung silaturahmi
Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang senang Allah luaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya dia menyambung silaturahmi.” (HR. Bukhari Muslim)

9. Berinfaq dengan pemberian dari Allah
Allah berfirman dalam hadits Qudsi, “Wahai anak adam berinfaklah, maka aku akan berinfaq kepadamu”
Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Tidak ada satu haripun yang berlalu kecuali ada dua malaikat yang turun, satu malaikat berkata, Ya Allah, berilah kepada orang yang berinfak di hari ini ganti untuknya. Dan malaikat yang lainnya berkata, Ya Allah berikanlah kerugian kepada orang yang tidak berinfak di hari ini.” (HR. Bukhari Muslim)
Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya shodaqoh itu tidak pernah mengurangi harta.” (HR. Bukhari Muslim)
Allah berfirman, “Apapun yang kalian infaqkan dari sesuatu, maka Dialah yang akan menggantinya, dan Dialah sebaik-baik pemberi rizki.” (Saba’ : 39)

10. Berinfaq kepada penuntut ilmu
Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik bahwa datang seorang lelaki kepada Rasulullah mengadukan saudaranya yang belajar kepada Rasulullah dan tidak bekerja, maka dijawab oleh Nabi, “Barangkali kamu mendapat rizki dikarenakan saudaramu.” (HR. Imam Ahmad)
Keberadaan penuntut ilmu ditekankan dalam syariat, karena dengan mereka umat Islam akan mendapatkan manfaat yang sangat banyak.

11. Berbuat baik kepada orang-orang yang lemah
Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda, “Tidaklah kalian itu mendapatkan rizki dan mendapatkan pertolongan kecuali kalau kalian berbuat baik terhadap orang-orang yang lemah diantara kalian.” (HR. Imam Bukhari)

12. Menjaga shalat lima waktu
Diantara cara menjaga shalat lima waktu :
  • Melakukannya di awal waktu yang utama
  • Apabila laki-laki maka wajin shalat berjamaah di masjid
  • Apabila seorang kepala keluarga maka memerintahkan anggota keluarganya untuk mengerjakan shalat
Allah berfirman, “Dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepada kalian. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (Thaahaa : 132)
Ibnu Katsir menafsirkan ayat di atas bahwa apabila seseorang memerintahkan keluarganya untuk mengerjakan shalat dan bersabar terhadapnya, maka dia akan dikaruniakan rizky dari arah yang tidak pernah dia sangka.
SUMBER : Kunci-kunci Rizki, Khutbah Jumat oleh Al Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi